Desa Sukaresmi merupakan desa yang berada di kaki Gunung Pangrango. Lebih tepatnya pada Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini menawarkan potensi luar biasa sebagai desa wisata yang menakjubkan. Dikelilingi oleh hamparan hijau yang luas dan perbukitan yang menawan, desa ini memiliki daya tarik alam yang tak tertandingi. Desa Sukaresmi bukan hanya sekadar tempat untuk bersantai, tetapi juga merupakan destinasi yang ideal bagi para wisatawan yang ingin menjelajahi keindahan alam yang mempesona. Dengan potensi alam dan budayanya yang melimpah, Desa Sukaresmi siap untuk menjadi destinasi wisata yang menarik bagi para pelancong yang mencari pengalaman yang berbeda dan memikat.
Situs Sejarah
Makam Era 1900-an Milik Tentara Jerman
Makam Jerman di kaki Gunung Pangrango, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, menjadi saksi bisu kehadiran tentara Nazi di Indonesia. Dibangun oleh Emil dan Theodor Helfferich yang memiliki perkebunan teh di wilayah tersebut, makam ini kemudian dikelola oleh Albert Vehring setelah Helfferich bersaudara kembali ke Jerman pada 1928. Pada masa Perang Dunia II, tentara Nazi yang merupakan sekutu Jepang mengambil alih perkebunan ini. Setelah kekalahan Jerman dan Jepang, perkebunan ini dijadikan makam bagi sepuluh tentara Jerman yang tewas, dengan delapan makam dikenali oleh nisan berbentuk salib baja dan dua lainnya tidak dikenal. Kedutaan Besar Jerman di Jakarta mendirikan tugu peringatan untuk mengenang prajurit yang gugur. Makam ini terawat dengan baik, asri, dan jauh dari keramaian, cocok untuk dikunjungi bagi mereka yang ingin meningkatkan pengetahuan sejarah dan memberikan penghormatan terhadap mereka yang gugur dalam peristiwa sejarah penting.
Agroeduwisata
Wisata Arca Domas Pangrango
Makam Jerman di kaki Gunung Pangrango, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, menjadi saksi bisu kehadiran tentara Nazi di Indonesia. Dibangun oleh Emil dan Theodor Helfferich yang memiliki perkebunan teh di wilayah tersebut, makam ini kemudian dikelola oleh Albert Vehring setelah Helfferich bersaudara kembali ke Jerman pada 1928. Pada masa Perang Dunia II, tentara Nazi yang merupakan sekutu Jepang mengambil alih perkebunan ini. Setelah kekalahan Jerman dan Jepang, perkebunan ini dijadikan makam bagi sepuluh tentara Jerman yang tewas, dengan delapan makam dikenali oleh nisan berbentuk salib baja dan dua lainnya tidak dikenal. Kedutaan Besar Jerman di Jakarta mendirikan tugu peringatan untuk mengenang prajurit yang gugur. Makam ini terawat dengan baik, asri, dan jauh dari keramaian, cocok untuk dikunjungi bagi mereka yang ingin meningkatkan pengetahuan sejarah dan memberikan penghormatan terhadap mereka yang gugur dalam peristiwa sejarah penting.